LAPORAN
PRAKTIKUM SABUN
Disusun: A
B
C
D
B
C
D
Kelas: XII IPA 4
SMA NEGERI
2014-2015
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji
dan syukur saya panjatkan kehadirat ilahi rabi allah swt, atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyusun laporan mengenai tugas kimia yang berjudul “praktikum
sabun”, laporan ini disusun guna memenuhi tugas dari pengajar kimia .
Saya
haturkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan dan
penyusunan laporan ini, karena saya tidak dapat menyelesaikan laporan ini jika
tanpa bantuan setiap pihak, bantuan berupa materil ataupun segala hal yang
dapat membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Laporan
ini masih jauh dari sempurna, karena saya manusia yang tidak bisa lepas dari
kesalahan, saya hanya dapat berusaha untuk mencoba sedikit lebih baik, karena
itu saya akan sangat bisa untuk menampung setiap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi pembaca dan setiap
kalangan masyarakat sehingga tahu mengenai praktikum sabun.
Cilegon,
Januari 2015
i
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ……………………………………...……………………….i
DAFTAR
ISI …………………………………………………………………...…..ii
BAB
I PENDAHULUAN…………………………………….………………….......1
1.1 Latar Belakang.……………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah………………………….……………………...…2
1.3
Tujuan Penelitian………………………………………………....…..2
1.4 Manfaat
Penelitian ……………………………………………….….2
2.1 Landasan Teori ..…………………………………………….….…..3
2.1
Alat
Dan Bahan ………………….…………………………...…….6
2.2
Langkah
Kerja…………………………..…………...…………….6
2.3 Hasil Praktikum ………………………………………………….....6
BAB
III LAMPIRAN ………………………………………………..…………..….8BAB IV PENUTUP ………………………………………………………………..10
4.1 Kesimpulan ……………………………………………….……….10
4.2 Saran …………………………………………………...……….10
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………...……………11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pembuatan sabun adalah keahlian yang tidak bisa dipungkiri di Eropa di
abadke-17. Pembuat sabun serikat pekerja terlindungi perdagangan rahasia mereka
ditutup.Minyak nabati dan hewani digunakan dengan arang tanaman, terus dengan
pewangi.Secara berangsur-angsur jenis sabun yang lebih banyak lagi menjadi
tersedia untuk mencukur dan mencuci rambut, juga mandi dan mencuci. Italia, Spanyol dan Perancis adalah pusat manufaktur pertama
sabun,seharusnya mereka siap menyediakan bahan mentah seperti minyak pohon
zaitun.Orang Inggris mulai membuat sabun saat abad ke 12.
Pembuatan sabun
komersial di Amerika kolonial dimulai pada tahun 1608dengan datangnya beberapa
pembuat sabun di kapal kedua dari Inggris untuk mencapai Jamestown,
Virginia. Bagaimanapun, untuk beberapa tahun, pembuatansabun pada dasarnya
tinggal pekerjaan rumah tangga. Akhirnya, pembuat sabun profesional mulai
biasa mengumpulkan pemborosan lemak dari rumah tangga, di perubahan untuk
beberapa sabun.
Langkah utama
terhadap pembuatan sabun komersial skala besar terjadi padatahun 1791 ketika
kimiawan Perancis, Nicholas Leblanc, mematenkan proses untuk membuat abu
soda, atau sodium karbonat, dari garam biasa. Abu soda adalah alkaliterdapat
dari abu bahwa kombinasi dari lemak ke bentuk sabun. Leblanc memproseshasil
kuantitas dari kualitas baik, abu soda murah.Sains dari pembuatan sabun modern
lahir 20 tahun kemudian dengan pemjelajahan oleh Michel Eugene Chevreul,
kimiawan Perancis lainnya, dari kimiaalam and lemak yang terkait, gliserin dan
asam lemak. Penelitiannya yang tidak bisadipungkiri dasar untuk lemak dan bahan
kimia sabun.Juga penting kepada kemajuan dari teknologi sabun di pertengahan
1800-an penemuan oleh kimiawan Belgia, Ernest Solvay, dari proses amonia,
di mana jugamenggunakan garam meja biasa, atau sodium klorida, untuk membuat
abu soda. Proses Solvay
lebih lanjut dikurangi harga dari mendapat alkali, dan menambahkualitas dan
kuantitas dari abu soda tersedia untuk manufaktur sabun.Penjelajahan sains ini,
bersama dengan pembangunan dari kekuatan untuk mengoperasikan pabrik,
membuat satu pembuatan sabun di pertunbuhan cepat industriAmerika di tahun
1850. Di waktu yang sama, ketersediaan luas mengubah sabun dari barang
mewah ke kebutuhan sehari-hari. Dengan penggunaan tersebar luas inimenjadi
perkembangan dari sabun yang lebih lembut untuki mandi dan sabun
untuk digunakan di dalam mesin cuci itu sudah tersedia untuk konsumen
dengan pergantianabad.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara pembuatan sabun
berbahan dasar minyak ?
2.
Bagaimana hasil
dari pratikum yang dilakukan ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk
mengetahui bagaimana proses pembuatan sabun dengan bahan dasar minyak.
2. Untuk
mengetahui reaksi yang terbentuk dalam pembuatan sabun.
3. Untuk
mengetahui apa saja yang terbentuk saat pembuatan sabun.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Agar dapat
menjadi pelajaran dan pengetahuan tambahan
2. Selain itu juga dapat mengetahui
bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan sabun
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 landasan
teori
sabun
adalah garam karboksila yang diperoleh dari proses saponifikasi. Sabun adalah bahan logam alkali dengan
rantai asam monocarboxyclic yang panjang. Proses saponifikasi adalah lemak atau minyak yang bereaksi
dengan basa. Triglisera adalah lemak atau minyak, pembuatan dalam keadaan
kondisi basa adalah NaOH (Natrium/sodium hidroksida) dan KOH (Kalium/Potasium
hidroksida) lemak yang berkaitan dengan natrium atau kalium inilah yang
kemudian dinamakan sabun.
C17H35-C-K(O)-O
untuk sabun kalium
C17H35-C-Na(O)-O untuk
sabun natrium
Berdasarkan
struktur sabun natrium dan sabun kalium tersebut, maka dapat diketahui bahwa
sabun memiliki rantai hidrogen yang bertindak sebagai ekor yang bersifat
hidrofobik (tidak suka air) yang bersifat non-polar dan COONa sebagai kepala
yang bersifat hidrofilik (suka air) yang bersifat polar dengan air. Oleh
karena sabun memiliki kedua sifat tersebut sabun dapat membersihkan kotoran.
Selain
mempunyai sifat tersebut, sabun mempunyai sifat surfaktan. Surfaktan adalah zat
aktif permukaan atau suatu senyawa kimia yang terdapat pada konsentrasi rendah
suatu sistem. Selain itu juga mempunyai sifat teradsorbsi pada permukaan antara
muka pada sistem tersebut.
Reaksinya
adalah :
C3H5(OOCR)3
+ 3NaOH C3H5(OH)3
+ 3 NaOOCR
Strukturnya adalah:
Sabun pada umunya
dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbeedaan utama pada
kedua wujud ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun.
Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik(NaOH) sedangkan sabun
cair menggunakan kalium hidroksida(KOH) sebagai alkali. Selain itu jenis minyak
yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa
akan menghasilkan sabun yang lebih keras dari pada minyak kedelai, minyak
kacang dan minyak biji katun.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi
penyabunan, antara lain:
1. Konsentrasi larutan KOH/NaOH
Konsentrasi
basa yang digunakan dihitung berdasarkan stokiometri reaksinya, dimana
penambahan basa harus sedikit berlebih dari minyak agar tersabunnya sempurna.
Jika basa yang digunakan terlalu pekat akan menyebabkan terpecahnya emulsi pada
larutan sehingga fasenya tidak homogen., sedangkan jika basa yang digunakan
terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu yang lebih lama.
2.
Suhu (T)
Ditinjau
dari segi thermodinamikanya, kenaikan suhu akan menurunkan hasil, hal ini dapat
dilihat dari persamaan Van`t Hoff :
RTHdTKdΔ=ln ( 1 ) Karena reaksi penyabunan merupakan reaksi
eksotermis (ΔH negatif), maka dengan kenaikan suhu akan dapat memperkecil harga
K (konstanta keseimbangan), tetapi jika ditinjau dari segi kinetika, kenaikan
suhu akan menaikan kecepatan reaksi. Hal ini dapat dilihat dari persamaan Arhenius
berikut ini (Smith 1987) : k = ARTEe− ( 2 ) Dalam hubungan
ini, k adalah konstanta kecepatan reaksi, A adalah faktor tumbukan, E adalah
energi aktivasi (cal/grmol), T adalah suhu (ºK), dan R adalah tetapan gas ideal
(cal/grmol.K).
Berdasarkan
persamaan tersebut maka dengan adanya kenaikan suhu berarti harga k (konstanta
kecepatan reaksi) bertambah besar. Jadi pada kisaran suhu tertentu, kenaikan
suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya menaikan hasil dalam waktu yang
lebih cepat. Tetapi jika kenaikan suhu telah melebihi suhu optimumnya maka akan
menyebabkan pengurangan hasil karena harga konstanta keseimbangan reaksi K akan
turun yang berarti reaksi bergeser ke arah pereaksi atau dengan kata lain
hasilnya akan menurun. Turunnya harga konstanta keseimbangan reaksi oleh
naiknya suhu merupakan akibat dari reaksi penyabunan yang bersifat eksotermis (Levenspiel,
1972).
3.
Pengadukan
Pengadukan
dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekul-molekul reaktan yang
bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan semakin besar, maka kemungkinan
terjadinya reaksi semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan persamaan Arhenius
dimana konstanta kecepatan reaksi k akan semakin besar dengan semakin sering
terjadinya tumbukan yang disimbolkan dengan konstanta A (Levenspiel, 1987).
4.
Waktu
Semakin
lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang dapat
tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi
telah mencapai kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan
jumlah minyak.
2.2 Alat dan bahan
NO
|
ALAT
|
JUMLAH
|
1
|
Blender
|
1
|
2
|
Cetakan
|
1
|
3
|
Timbangan
|
1
|
4
|
Wadah
|
1
|
5
|
Pengaduk
|
1
|
6
|
Gelas
|
1
|
7
|
Sarung tangan
karet
|
6
|
8
|
Kaca mata
|
6
|
9
|
Masker
|
6
|
10
|
Gelas ukur
|
1
|
NO
|
BAHAN
|
JUMLAH
|
1
|
NaOH
|
16,25
g
|
2
|
Minyak Goreng
|
50
ml
|
3
|
Pewarna makan
|
2,5
ml
|
4
|
Parfume
|
2,5
ml
|
5
|
Air mineral
|
55
ml
|
2.3 Langkah Kerja
NO
|
DESKRIPSI
|
1
|
Siapkan wadah
masukan NaOH sebanyak 16,25 g dan Air mineral sebanyak 55 ml, aduk hingga
larut.
|
2
|
Siapkan Blender
masukan minyak goreng sebanyak 50 ml, blender dengan kecepatan rendah, dalam
beberapa detik.
|
3
|
Masukan larutan
NaOH kedalam Blender yang berisis minyak goring, blender kembali dengan
kecepatan rendah hingga larutan menjadi mengental.
|
4
|
Masukan parfume
sebanyak 2,5 ml dan pewarna makanan sebanyak 2,5 ml.blender kembali dengan
kecepatan rendah dalam beberapa detik.
|
5
|
Lalu tuangkan
kedalam cetakan.
|
6
|
Tunggu selama 1
minggu hingga sabun mengeras .
|
2.4 Hasil praktikum
PENGAMATAN
KE-
|
TAHAP
|
KETERANAGAN
|
1
|
NaOH
ketika dilarutkan dengan air .
|
Air yang awal nya
jernih berubah menjadi keruh dan hangat
|
2
|
Minyak
Goreng di dalam blender .
|
Masih berwarna
kuning keemasan
|
3
|
Minyak
goreng setelah di blender beberapa saat .
|
Keluar buih warna
berubah menjadi putih
|
4
|
Penambahan
larutan NaOH kedalam blender yang berisi Minyak Goreng.
|
Warna berubah
menjadi putih pekat
|
5
|
Minyak
Goreng dan Larutan NaOH setelah di blender beberapa saat.
|
Lama kelamaan
larutan mengental dan berwarna putih pekat akibat terjadi reaksi anatara
minyak dan NaOH ( REAKSI SAPONIFIKASI terjadi)
|
6
|
Penambahan
parfume pada campuran Minyak Goreng dan NaOH.
|
Campuran masih
mengental berwarna putih keruh
|
7
|
Penambahan
parfume pada campuran Minyak Goreng dan NaOH setelah diblender beberapa saat.
|
Campuran yang
awal nya mengental kemudinan sedikit mencair (tidak terlalu kental) dan harum
|
8
|
Penambahan
pewarna makanan pada campuran Minyak Goreng, NaOH dan parfume yang sudah di
Blender beberapa saat.
|
Campuran berubah
warna menjadi hijau dan cair dan harum
|
9
|
Larutan
di tuangkan dalam cetakan .
|
Cair berwarna
hijau dan harum
|
10
|
Setelah
1 minggu.
|
Larutan yang
awalnya cair berubah menjadi padat, warna nya berubah menjadi orange akibat
pewarna makanan yang bereaksi dengan NaOH, dan juga wangi nya berubah
|
BAB
III
LAMPIRAN
Persiapan alat dan bahan sebelum praktek
|
Proses penambahan
larutan NaOH
|
Proses memasukan
Minyak Goreng.
|
Proses ketika
minyak goreng di blender
|
Proses ketika
pewarna di blender dalam campuran Minyak goreng NaOH dan Parfume
|
Proses penambahan
parfume pada campuran Minyak dan NaOH.
|
Proses penambahan
pewarna makanan pada campuran minyak goreng NaOH dan parfume.
|
Hasil sabun setelah di diamkan 1 minggu
|
Proses penuangan
cairan sabun kedalam cetakan.
|
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sabun adalah bahan logam alkali dengan
rantai asam monocarboxyclic yang panjang. Proses saponifikasi adalah lemak atau minyak yang bereaksi
dengan basa. Triglisera adalah lemak atau minyak, pembuatan dalam keadaan
kondisi basa adalah NaOH (Natrium/sodium hidroksida) dan KOH (Kalium/Potasium
hidroksida) lemak yang berkaitan dengan natrium atau kalium inilah yang
kemudian dinamakan sabun. sabun mempunyai sifat surfaktan. Surfaktan adalah zat
aktif permukaan atau suatu senyawa kimia yang terdapat pada konsentrasi
rendah suatu sistem. Selain itu juga mempunyai sifat teradsorbsi pada permukaan
antara muka pada sistem tersebut.
Sabun
pada umunya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbeedaan
utama pada kedua wujud ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan
sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik(NaOH) sedangkan
sabun cair menggunakan kalium hidroksida(KOH) sebagai alkali. Selain itu jenis
minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak
kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras dari pada minyak kedelai, minyak
kacang dan minyak biji katun.
4.2
Saran
Ketika
melakukan percobaan harus menggunakan pengaman yang lengkap seperti kaca mata,
sarung tangan dan masker untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Emmanuela,M.W.,Reaksi
Saponifikasi,Petunjuk Praktikum Satuab Proses Teknik Kimia ,Polban
Wikipedia.org/wiki/Asam
oleat (23 April 2013)
Azhar,
ahmad Basyir.2011. Reaksi Saponifikasi. http://akhmadazharbasyir.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-kimia-reaksi_23.html
Andri.2012.laporan
lengkap. http://chemistpt.blogspot.com/2012/10/laporan-lengkap_20.html
Anngo
philip krisbiantoro. 2012. Laporan Praktikum Kimia Dasar Reaksi Saponifikasi
Serta Pengujian Sifat Surfaktan Sabun Dan Detergen. http://philipanggok.blogspot.com/
http://akhmadazharbasyir.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-kimia-reaksi_23.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar